Menkes Membeli 1 Juta Obat Corona Molnupiravir Pada Bulan Desember Mendatang

Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan Indonesia akan segera mendatangkan hingga 1 juta tablet computer Molnupiravir buatan perusahaan Amerika Serikat, Merck & Co., sebagai obat COVID-19.

Budi Gunadi menjelaskan, rencananya obat ini akan dibeli pemerintah pada Desember mendatang.

"Kemarin saya sudah ke Amerika Serikat deal dengan Merck, rencananya kita akan beli dulu sementara 600 ribu sampai 1 juta tablet bulan Desember. Jadi mempersiapkan diri [gelombang ketiga], tapi mudah-mudahan enggak terjadi. Tapi [kalau] terjadi, seenggaknya kita punya stok obatnya dulu," ujar Budi Gunadi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Senin (8/11).

Untuk jangka menengah, pihaknya sedang berusaha mengajukan lisensi pembuatan obat Molnupiravir kepada Merck & Co. atau Medicines License Pool (MPP) di bawah United Nations. Pengajuan lisensi ini juga melibatkan perusahaan BUMN maupun swasta.

Sehingga, jika nantinya paten pembuatan obat ini berhasil didapatkan Indonesia, selanjutnya pemerintah akan memproduksi sendiri obat Molnupiravir di dalam negeri.

"Jadi Merck sudah alihkan, meminta tolong ke United Nations, badannya Medicines License Pool bisa diberikan give patentnya oleh dia, sehingga kita bisa berhubungan dengan mereka. Sekarang sedang finalisasi," ungkap Budi.

"Kita ada beberapa perusahaan BUMN dan swasta yang kita ajak untuk bisa apply patentnya dari mereka, sehingga bisa membuat di Indonesia. Kalau syukur bisa cepat, mudah-mudahan tahun depan kita bisa bikin ini [Molnupiravir] di sini, sehingga memperkuat sistem pertahanan kesehatan kita," imbuh dia.

Lebih lanjut, Budi Gunadi bakal memberikan obat Molnupiravir ini kepada pasien COVID-19 yang masih bergejala ringan hingga sedang, dengan saturasinya masih sekitar 95 persen.

"Molnupiravir ini diberikan ke orang yang saturasinya masih di atas 95 persen. Jadi kalau dia positif tapi saturasinya enggak harus ke RS, masih di atas 94 atau 95 dikasih obat ini, hasil uji klinis di luar negeri 50 persen bisa sembuh, tidak masuk ke RS," jelas Budi.

Sementara itu, menurut perhitungannya, obat ini bisa diberikan kepada pasien selama lima hari perawatan, dengan dosis 2 x 800 mg. Atau setara dengan 40 tablet computer untuk satu kali siklus terapi.

"Kita sudah lihat bahwa dia butuh lima hari masing-masing harusnya 8 tablet computer, jadi kira-kira butuh 40 tablet dan hitung-hitungan kami antara 40-50 dolar [AS] Jadi enggak terlalu mahal di bawah Rp 1 juta," tutup dia.

Molnupiravir digadang-gadang merupakan calon kuat obat COVID-19 produksi Amerika Serikat. Menurut Merck & Co, sequencing virus yang mereka lakukan sejauh ini menunjukkan Molnupiravir efektif melawan seluruh varian corona, termasuk Delta. Dalam pengembangannya, Merck bekerja sama dengan perusahaan farmasi Ridgeback Biotherapeutics.

Meski demikian, sampai sekarang Molnupiravir masih menunggu izin penggunaan di beberapa negara dunia. Namun, analisa awal menunjukkan Molnupiravir ampuh mengurangi risiko COVID-19, seperti dirawat di rumah sakit sampai merasakan gejala berat.

Sebelum Indonesia, sejumlah negara di Asia Tenggara sudah membeli obat tersebut. Sebut saja Malaysia dan Filipina yang akan diberikan kepada pasien COVID-19 di negara mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Leher Beton "Mike Tyson" Siap Turun Gunung Demi Bertanding Melawan Paul Bersaudara Demi Dapatkan Uang Senilai 100 Juta USD

KSAL Mengatakan Kapal Selam KRI Naggal-402 Tenggelam

Kementerian Agama Mencatat Sekitar 52 Persen Guru RA dan Madrasah Sudah Melakukan Vaksinasi Covid-19